Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Satu Persahabatan Dalam Hidupku

Aku sedang berjalan kearah luar gang rumahku menuju sekolah. Tetapi sebelum aku berangkat sekolah, aku harus menunggu Winda yang sedang menuju kearah depan gangku. Kulihat kedepan sana tetapi tidak seorangpun tampak, ketika aku sedang menunggu Winda, aku melihat dua orang teman sekelasku berjalan kearahku. Ya… itu Nadia dan Tanti. “Hey Inn… kamu kok belum berangkat sekolah sih?” tanya nadia kepadaku. “Oh iya nih aku sedang menunggu Winda” jawabku. “ohh kamu sedang menunggu winda, tapi In 10 menit lagi sekolah masuk tau! Kamu ga takut telat?” tanya tanti kepadaku. “Ya udah kalau gitu kita berangkat sekolah bareng ya” pintaku kepada nadia dan tanti. Merekapun mengiyakan ajakanku dan segera melangkahkan kaki untuk menaiki angkutan umum yang akan mengantarkan kami kesekolah. 
****

“Iiinnnn…!!!” teriak winda sambil melangkahkan kaki dengan cepat kearahku. “Eh.. Winda?!!”. “Eh.. Winda, Eh… Winda lagi, kamu kok ninggalin aku sih In? Tadi tuh aku ke rumahmu tapi kata kakakmu, kamu baru aja berangkat”. “Mmm…Sorry deh, abis kamu lama sih”. “iiihh… kan udah aku bilang tunggu sampai aku datang!!”. “iya…iya…sorry, udah dong jangan marah marah terus, kaya nenek-nenek aja”. “enak aja! Kamu tuh yang kaya nenek-nenek!!!” jawab winda dengan tampang kesalnya. Melihat winda mau marah-marah lagi, akupun berlari meninggalkan winda menuju kelas dan duduk ditempatku, Winda pun berteriak-teriak sambil berlari-lari kecil kearahku dan melanjutkan ocehan-ocehan yang tadi tertunda. Aku dan winda bersahabat sejak duduk di SMP kelas 1 hingga duduk di SMP kelas 3. Orang tuaku sangat akrab dengan winda, begitupun sebaliknya. Sudah seperti saudaraku sendiri. 
****

“Nadia… Tanti...” panggilku. “ya In, ada apa?” jawab nadia. “nanti pulang bareng ya”. “oh itu, liat nanti aja ya” jawab nadia. “ok dehh, Mmm… tapi besok berangkat bareng lagi ya.  Aku tunggu kalian berdua di tempat tadi, ok”. “okkk..” jawab mereka berdua dengan kompak. Semenjak kami sering pulang dan berangkat sekolah bersama, kami menjadi semakin akrab. Tidak hanya pulang dan berangkat sekolah saja kami bersama tetapi kemanapun dan acarapun kami selalu terlihat bersama. Dan sejak saat itulah satu persahabatan dalam hidupku tersulam kembali.
****

“Kok Nadia, Winda dan Tanti agak beda ya?? Apa mereka sedang ngerjain aku ya?” aku duduk termenung di kelas yang masih kosong. “Mmm… mungkin hanya perasaan aku saja kali ya” ujarku dalam hati. Aku merasa beberapa hari ini nadia, winda dan tanti agak cuek kepadaku. Mungkin karena sebentar lagi hari ulang tahunku. Padahal aku merasa karena mereka cuek kepadaku. “Eh In… bengong aja kamu!!!” ujar Tanti membuyarkan lamunanku.   “ah nggak kok”. “oh ya In, besok minggu teman-teman sekelas ngajakin kita lari pagi bareng. Kamu ikut kan?” Tanya winda. “ga tau deh, lihat besok aja ya  MALEESS tau, masa liburan gini masih keluar juga... Acara kelas lagii!!!”. “In pokoknya kamu harus ikut, kalau ga ikut dapet hukuman loh”. Ujar nadia menakutiku. “Memangnya anak SD… masih ada hukuman, udah pokoknya lihat besok aja deh, ya.. ya..” . “YOII !!!” jawab tanti dengan singkat. Aku sudah menduga pasti mereka merencanakan sesuatu untukku esok hari. Aku merasa sangat penasaran dan agak sedikit takut. “Aduh aku datang nggak ya besok??? Pasti mereka balas dendam deh ke aku karena kemarin yang ngerjain mereka adalah aku” ucapku dalam hati. “Udah deh lihat besok aja.. Kalau aku dijemput ya aku pergi, tapi kalau aku ga dijemput ya aku nggak pergi” kataku dalam hati lagi dengan memejamkan mata untuk tidur walaupun dengan sedikit perasaan gelisah.

Tik…Tok…Tik…Tok… tepat jam 12 malam tiba-tiba aku terbangun karena mendengar suara telepon berdering. Akupun dengan segera mengangkatnya. “Hallo...” sapaku. Tak ada jawaban dari seberang. “Hallooo...”  aku menyapa sekali lagi. Masih tidak ada jawaban juga. “HAPPY BIRTHDAY TO YOU HAPPY BIRTHDAY TO YOU HAPPY BIRTHDAY HAPPY BIRTHDAY, HAPPY BIRTHDAY  IIN…!!! Terdengar nyanyian dari seseorang di seberang sana. “Thanks ya!!!” aku terharu. “Met ultah Iin! Keempat belas ya? Semoga kamu tambah dewasa, tambah cantik dan tambah gokil!!!” ujar pondra. “Pasti..!!” jawabku. “In sorry nih aku ga bisa telepon kamu lama-lama soalnya aku ngantuk! Kamu met tidur ya In, sorry ganggu, bye Iin”. “Bye”. Pondra adalah kakak kelas disekolahku. Dia sangat baik kepadaku tetapi sejak ia lulus aku jarang sekali bertemu dengan ia mungkin bisa dibilang tidak pernah lagi. Ya mungkin dia sibuk dengan kegiatan barunya.
****

“Iiihh.. Alarm berisik banget sih!!! Kan masih ngantuk” gerutuku. Akupun segera bangun dan beranjak merapikan diri. Walaupun berat dan malas sekali rasanya tetapi pagi ini aku harus pergi karena sudah mempunyai janji untuk lari pagi bersama teman sekelasku. Walaupun aku tahu kalu hari ini mereka sudah mempunyai rencana untuk mengerjaiku. “Assalamu’alaikum”. “Wa’alaikumsalam...” jawabku sambil membukakan pintu. “Hey In”. “Hey”. “Gimana udah siap belum? Teman-teman udah nunggu kamu tuh”. “ Iya.. Iya.. sabar dong” kataku sambil melangkahkan kakiku kearah timur. Ternyata teman-teman sekelasku tidak datang semua pagi ini dan ternyata dugaanku tentang semua itu salah, mereka tidak mengerjaiku. Aku merasa sangat senang. Upss.. tapi tunggu sebentar, sebuah telur mendarat tepat diatas kepalaku. Akupun berteriak dan mengejar-ngejar tanti dan teman yang lainnya. Merekapun semua berlari menjauhiku. 
****

“Assalamua’laikum.. Tanti… Tanti…” ucapkku setelah sampai didepan pintu rumahnya.    “Wa’alaikumsalam... ohh... Iin, ayo masuk dulu In”. Tanti mempersilahkan aku masuk kedalam rumahnya. “Tunggu sebentar ya In, aku mau siap-siap dulu, nanti bila nadia dan winda datang kita bisa langsung berangkat ke sekolah”. “iya.. tapi jangan pake lama, nanti aku jamuran lagi” jawabku sambil tersenyum kecil. Tidak lama setelah tanti berseragam sekolah rapi, nadia dan winda pun datang. Aku dan tanti segera keluar rumah dan memakai sepatu dengan cepat. “Yuk.. kita berangkat” ucap tanti setelah kami berpamitan dengan orang tuanya. Lalu kami bertiga menganggukan kepala dengan serempak sambil tertawa.

Diperjalanan menuju sekolah, seperti biasa kami berempat bercerita dan bercanda tanpa merasakan teriknya matahari yang menyengat tubuh, karena kami terlalu asyik dengan candaan konyol tanti yang membuat perut kami terasa sakit. Alangkah senangnya kami setiap hari seperti ini, selalu bersama-sama. Ketika angkutan umum yang kami tumpangi sudah mengantarkan sampai tujuan dan pergi berlalu. Tiba-tiba nadia berbicara dengan kerasnya dan membuat aku, winda dan tanti kaget. “HEYY!!! Udah jam 12.30 loh!” nadia berusaha memberi tahu bahwa kami sudah terlambat masuk sekolah. Kami berlari-lari saling mendahului sambil tertawa dan berbicara “tungguin dong, jangan cepet-cepet”. Huh.. lelahnya kami setelah berlari-larian. Kami berjalan perlahan menuju kelas dan sampailah didepan pintu kelas, lalu mengetuk pintu dan membuka dengan mengucapkan salam, lalu mencium tangan guru yang memang sudah duduk lebih awal sebelum kami datang.

Kami mengawali hari dengan terlambat masuk sekolah yang memang bisa di bilang rutinitas kami setiap harinya. Dan sekarang waktunya kami memandangi papan tulis yang penuh dengan huruf dan baris yang membuat shaf dan banjar. 1 jam, 2 jam, 3 jam, begitu bosannya kami belajar, hingga akhirnya bel istirahat pun berbunyi. “Akhirnya istirahat juga..” kataku dalam hati. “In, Nad, Win keluar yuk, Laperr nihh!!!” ajak tanti. Kamipun berdiri lalu berjalan keluar kelas menuju tempat yang bisa menghilangkan rasa lapar dan haus. “Makan.. Makan..!!! Kita mau makan apa nih???” tanya tanti dengan bawelnya dan ketidak sabaran dia menunggu jawaban kami. “Terserah deh” ucap winda dengan singkatnya. Tanpa menunggu jawaban dari aku dan nadia, tanti pun mengambil bakwan dan memasukkannya kedalam mulut, lalu dilanjutkan nadia, aku dan winda. Setelah selesai makan, kami pun beranjak menuju masjid untuk melaksanakan shalat ashar.

Waktu istirahat pun berakhir. Kami berempat memasuki kelas yang memang sudah ramai dengan teman-teman sekelas kami. Melanjutkan pelajaran yang tertunda. Iseng-iseng saat guru menjelaskan, aku menjaili tanti dengan mengikat ujung jilbabnya. Teman-teman yang berada dibelakangku  tertawa-tawa dan berkata “Dasar Jail”. Aku hanya senyum-senyum kecil saja karena takut tanti menyadarinya. Bel pulang berbunyi, waktu kami pulang. Menaiki angkutan umum bersama, lalu berpisah ditengah perjalanan. “aku duluan ya.. Bye..bye..” ucapku sambil melambaikan tangan kepada nadia, winda dan tanti.

Selama ini kami selalu bersama, baik susah maupun senang kami lewati bersama dan kami bersahabat cukup lamanya. Tetapi kenapa sudah beberapa hari ini, aku merasa persahabatan kami agak merenggang. Aku bersama dengan nadia sedangkan tanti bersama dengan winda. Aku merasa ada pembatas antara kami. Kepercayaan sedikit hilang. Banyak hal yang aku dan nadia sembunyikan ataupun sebaliknya tanti dan winda. Aku merasa cukup kehilangan dan sedih. “Ada apa dengan persahabatan kami saat ini??” tanyaku dalam hati. “apa penyebab ini semua, apakah bisa kami seperti dulu lagi, bercanda tawa dengan lepasnya tanpa adanya pembatas antara kami?” sekali lagi aku bertanya pada diriku, tetapi sampai saat ini aku belum mendapatkan jawabannya.

Kupandangi foto dalam bingkai, foto kami berempat. Aku, nadia, winda dan tanti. Sungguh satu persahabatan dalam hidupku yang begitu indah dan mengasyikan. Satu hal yang kusesali saat ini, “mengapa aku harus egois dan diam saat melihat persahabatan ini hancur??” sesalku dalam hati. Perjalanan hidup memang panjang. Membawa pertemuan dan perpisahan. Hari ini aku bertemu, besok aku berpisah. Namun seiring waktu berjalan kita tetap harus menjalani hidup ini dan memikirkan tujuan masa depan kita. Walaupun persahabatan ini bukan yang pertama bagiku, tetapi satu persahabatan inilah yang dapat membuat hari - hari dalam hidupku menjadi lebih bermakna.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar