Minggu, 06 Januari 2013

Mengeluarkan Racun Dari Tubuh

Setiap hari, mungkin tanpa kita sadari tubuh kita terpapar dengan berbagai jenis racun (toksin). Bisa dari makanan, minuman, maupun udara yang kita hirup.

Contoh toksin:
1.      Residu pestisida dari sayuran dan buah dari pertanian yang tidak baik
2.      Residu hormon atau antibiotik dari daging ayam dari peternakan yang tidak baik.
3.      Bahan pengawet, perwarna, pemanis buatan, dsb. Misalnya dari tahu, bakso, sirup, dll yang diproduksi dengan cara yang tidak baik.
4.      Toksin bakteri atau jamur yang mengontaminasi makanan atau minuman.
5.      Logam berat, misalnya dari kerang-kerang yang berasal dari laut dangkal yang tercemar.
6.      Racun tembakau dari asap rokok, baik asap rokok yang kita isap secara aktif maupun yang terisap secara pasif.
7.      Obat-obatan yang kita minum
8.      Polutan udara yang yang kita hirup di jalanan, misalnya dari asap knalpot.
9.      Lemak trans dari makanan atau kue kecil buatan pabrik yang kita makan sebagai cemilan.

Efek toksin tentu bermacam-macam, tergantung jenisnya. Efeknya bisa seketika, bisa juga terjadi pelan-pelan dalam jangka waktu panjang. Efek seketika misalnya berupa gejala sakit kepala. Efek jangka panjangnya berupa kerusakan ginjal hingga kanker. Efek ini terjadi secara pelan-pelan, butuh waktu bertahun-tahun.

Secara alami sebenarnya tubuh kita punya mekanisme detoksifikasi, membuang racun dari tubuh. Misalnya lewat mekanisme berkeringat, buang air kecil, buang air besar, hingga batuk dan muntah. Ini semua respons alami tubuh.

Mekanisme detoksifikasi alami di atas dapat kita pacu agar lebih aktif secara alami. Misalnya, agar berkeringat kita dapat berolahraga. Agar racun terdetosifikasi lewat urine kita dapat memperbanyak minum air putih. Agar toksin terdetoksifikasi lewat usus kita dapat memperbanyak makan makanan yang kaya serat sehinnga isi usus terdorong keluar. Sebetulnya mekanisme alami ini saja sudah cukup efektif untuk membuang racun dari tubuh. Namun kita masih membutuhkan etoksifikasi yang dirangsang.

-          Puasa
Salah satu metode detoksifikasi secara alami yang terbukti efektif dan aman adalah berpuasa. Puasa detoks ini boleh dilakukan bersamaan engan puasa ritus, misalnya di bulan Ramadhan. Puasa yang benar dalam artian benar-benar mengurangi makanan, bukan sekadar memindah jam makan, apalagi menambah jumlah makanan, seperti yang lazim dipraktikkan di bulan Ramadhan.

Bagaimana kita tahu detoks lewat puasa berhasil atau tidak? Kita bisa melihat dari penurunan berat badan atau penurunan trigliserida (lemak darah) setelah berpuasa. Puasa yang benar akan ditandai dengan efek penurunan berat badan dan lemak darah. jika keduanya turun, berarti terjadi detosifikasi. Dalam jangka lama, puasa bisa membakar timbunan lemak di dalam tubuh. Otomatis bahan-bahan toksin yang larut lemak juga bisa ikut terbuang.

-          Diet sayur dan buah saja
Selain berpuasa, cara detoks alami lainnya adalah berpantangan makanan. Misalnya tiap minggu kita menjadwalkan satu atau dua hari di mana kita di hari itu hanya mengonsumsi buah-buahan, sayur, dan air putih. Kenapa buah dan sayur?

Pertama, setiap hari tubuh kita, bagaimanapun, tetap memerlukan karbohidrat sebagai sumber energi. Kalaupun kita berpuasa atau berpantang, sebaiknya setiap hari tetap ada karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh sebagai sumber energi. Buah mengandung gula. Gula ini bisa menjadi sumber energi pengganti nasi. Jadi walaupun kita berpantang nasi, kita tetap mengonsumsi karbohidrat. Tak perlu takut pingsan. Jika gula dari buah tidak cukup, tubuh akan memecah cadangan glikogen di dalam hati dan timbunan sel lemak di bawah kulit.

Kedua, buah dan sayur banyak mengandung antioksidan, termasuk vitamin-vitamin. Di dalam tubuh, antioksidan akan menetralkan toksin dalam bentuk radikal bebas yang menjadi biang penuaan dan kanker.
Ketiga, buah dan sayur banyak mengandung serat, baik serat larut air maupun yang tak larut air. Di dalam usus, serat ini akan mendorong sisa-sisa makanan keluar. Otomatis juga akan membuang toksin yang ada di dalam usus.

Sedangkan air akan membantu tubuh mengeluarkan toksin melalui urine, keringat, dan feses. Air akan menjaga kita agar tidak mengalami dehidrasi. Jadi, sekalipun kita berpuasa atau berpantang makanan, kita tidak menjadi lemas.

-          Detoks plus relaksasi
Detoks lewat pembatasan makanan akan menjadi lebih efektif bila digabungkan dengan detoks relaksasi, seperti spa, pijat, refleksi, dsb. Bukan olahraga yang berat. Sebab, pada saat puasa atau berpantangan makanan, kita kekurangan kalori. Olahraga apalagi yang berat, mungkin beresiko pada saat semacam itu. Relaksasi akan membuat sistem metabolisme tubuh menjadi lebih aktif tanpa banyak mengeluarkan energi.

Bagaimana dengan cara detoks alternatif seperti cuci usus, suntik obat-obatan tertentu, dan sejenisnya? Secara umum, metode-metode alternatif semacam ini tidak seaman berpuasa atau diet sayur dan buah saja. Banyak dokter yang tidak menyarankan dan merekomendasikan karena dianggap tidak alami. Jadi, jika anda berminat menjalani model detoks semacam ini, pastikan anda mempelajari lebih detail agar terhindar dari risiko buruknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar