Kamu tahu tidak, aku tak bisa berenang.
Tetapi bersamamu aku menjadi ikan, ketika kamu adalah kolam yang menjadi dunia bagiku untuk hidup dan bernapas. Kamu menumbuhkan lumut di tepinya, menumbuhkan biji-biji teratai menjadi bunga yang mengapung di airmu. Kamu pantulkan warna langit dan udara. Daun-daun yang gugur berlayar seperti perahu digerakkan angin, yang meniup-niup permukaan. Menciptakan bulatan-bulatan berdenyar serupa wajah spiral.
Kamu tahu tidak, aku takut ketinggian.
Tetapi bersamamu aku menjadi camar. Melayang di angkasa, mengepak, menderu dan menukik. Mendaki tangga angin menembus awan. Bersamamu dunia terasa kecil, dan kita begitu raksasa. Lalu aku berubah menjadi pendaki yang memanjat tebing-tebing terjal dan karang-karang yang berdiri garang. Tanpa tali, tanpa pengaman. Karena aku tahu, jika aku jatuh ada kamu yang menangkapku.
Kamu tahu tidak, aku takut api.
Tetapi bersamamu aku menjadi bara yang meretih oleh panasmu. Jiwaku menari bersama lidah apimu. Merah, biru, oranye. Menguapkan rindu yang terselip di arang-arang kayu. Membumbungkannya bersama asap yang berjanji akan mewartakannya pada udara.
Kamu tahu tidak, aku benci gelap.
Tetapi bersamamu aku merasa terang. Kamu seperti obor yang cahayanya menerangi jalan setapak di antara malam, yang pendarnya memecah sunyi di gua-gua. Seperti suar di tengah badai dan beting karang. Bersamamu dunia adalah nyala siang yang disulut matahari agar benderang.
Kamu tahu tidak, aku alergi dingin.
Tetapi bersamamu aku selalu hangat. Kamu seperti selimut tebal, melindungiku dari embun dini hari yang beringsut nakal membuatku menggigil dan bersin-bersin. Kamu menambal setiap celah yang disusupi angin. Mencairkan salju yang membekukan tungku.
Kamu tahu tidak, aku tak terlalu suka bunga.
Tetapi kamu seperti sihir yang menjelmakanku sakura di tengah cahaya.
0 komentar:
Posting Komentar