Setiap hari,
mungkin tanpa kita sadari tubuh kita terpapar dengan berbagai jenis racun
(toksin). Bisa dari makanan, minuman, maupun udara yang kita hirup.
Contoh toksin:
1.
Residu pestisida dari sayuran dan buah dari
pertanian yang tidak baik
2.
Residu hormon atau antibiotik dari daging ayam
dari peternakan yang tidak baik.
3.
Bahan pengawet, perwarna, pemanis buatan, dsb.
Misalnya dari tahu, bakso, sirup, dll yang diproduksi dengan cara yang tidak
baik.
4.
Toksin bakteri atau jamur yang mengontaminasi
makanan atau minuman.
5.
Logam berat, misalnya dari kerang-kerang yang
berasal dari laut dangkal yang tercemar.
6.
Racun tembakau dari asap rokok, baik asap rokok
yang kita isap secara aktif maupun yang terisap secara pasif.
7.
Obat-obatan yang kita minum
8.
Polutan udara yang yang kita hirup di jalanan,
misalnya dari asap knalpot.
9.
Lemak trans dari makanan atau kue kecil buatan
pabrik yang kita makan sebagai cemilan.
Efek toksin tentu
bermacam-macam, tergantung jenisnya. Efeknya bisa seketika, bisa juga terjadi
pelan-pelan dalam jangka waktu panjang. Efek seketika misalnya berupa gejala
sakit kepala. Efek jangka panjangnya berupa kerusakan ginjal hingga kanker.
Efek ini terjadi secara pelan-pelan, butuh waktu bertahun-tahun.
Secara alami
sebenarnya tubuh kita punya mekanisme detoksifikasi, membuang racun dari tubuh.
Misalnya lewat mekanisme berkeringat, buang air kecil, buang air besar, hingga
batuk dan muntah. Ini semua respons alami tubuh.
Mekanisme
detoksifikasi alami di atas dapat kita pacu agar lebih aktif secara alami.
Misalnya, agar berkeringat kita dapat berolahraga. Agar racun terdetosifikasi
lewat urine kita dapat memperbanyak minum air putih. Agar toksin
terdetoksifikasi lewat usus kita dapat memperbanyak makan makanan yang kaya
serat sehinnga isi usus terdorong keluar. Sebetulnya mekanisme alami ini saja
sudah cukup efektif untuk membuang racun dari tubuh. Namun kita masih
membutuhkan etoksifikasi yang dirangsang.
-
Puasa
Salah satu metode detoksifikasi secara alami yang
terbukti efektif dan aman adalah berpuasa. Puasa detoks ini boleh dilakukan
bersamaan engan puasa ritus, misalnya di bulan Ramadhan. Puasa yang benar dalam
artian benar-benar mengurangi makanan, bukan sekadar memindah jam makan,
apalagi menambah jumlah makanan, seperti yang lazim dipraktikkan di bulan
Ramadhan.
Bagaimana kita tahu detoks lewat puasa berhasil atau
tidak? Kita bisa melihat dari penurunan berat badan atau penurunan trigliserida
(lemak darah) setelah berpuasa. Puasa yang benar akan ditandai dengan efek
penurunan berat badan dan lemak darah. jika keduanya turun, berarti terjadi
detosifikasi. Dalam jangka lama, puasa bisa membakar timbunan lemak di dalam
tubuh. Otomatis bahan-bahan toksin yang larut lemak juga bisa ikut terbuang.
-
Diet sayur dan buah saja
Selain berpuasa, cara detoks alami lainnya adalah
berpantangan makanan. Misalnya tiap minggu kita menjadwalkan satu atau dua hari
di mana kita di hari itu hanya mengonsumsi buah-buahan, sayur, dan air putih.
Kenapa buah dan sayur?
Pertama, setiap hari tubuh kita, bagaimanapun, tetap
memerlukan karbohidrat sebagai sumber energi. Kalaupun kita berpuasa atau
berpantang, sebaiknya setiap hari tetap ada karbohidrat yang masuk ke dalam
tubuh sebagai sumber energi. Buah mengandung gula. Gula ini bisa menjadi sumber
energi pengganti nasi. Jadi walaupun kita berpantang nasi, kita tetap
mengonsumsi karbohidrat. Tak perlu takut pingsan. Jika gula dari buah tidak
cukup, tubuh akan memecah cadangan glikogen di dalam hati dan timbunan sel
lemak di bawah kulit.
Kedua, buah dan sayur banyak mengandung antioksidan,
termasuk vitamin-vitamin. Di dalam tubuh, antioksidan akan menetralkan toksin
dalam bentuk radikal bebas yang menjadi biang penuaan dan kanker.
Ketiga, buah dan sayur banyak mengandung serat, baik
serat larut air maupun yang tak larut air. Di dalam usus, serat ini akan
mendorong sisa-sisa makanan keluar. Otomatis juga akan membuang toksin yang ada
di dalam usus.
Sedangkan air akan membantu tubuh mengeluarkan toksin
melalui urine, keringat, dan feses. Air akan menjaga kita agar tidak mengalami
dehidrasi. Jadi, sekalipun kita berpuasa atau berpantang makanan, kita tidak
menjadi lemas.
-
Detoks plus relaksasi
Detoks lewat pembatasan makanan akan menjadi lebih
efektif bila digabungkan dengan detoks relaksasi, seperti spa, pijat, refleksi,
dsb. Bukan olahraga yang berat. Sebab, pada saat puasa atau berpantangan
makanan, kita kekurangan kalori. Olahraga apalagi yang berat, mungkin beresiko
pada saat semacam itu. Relaksasi akan membuat sistem metabolisme tubuh menjadi
lebih aktif tanpa banyak mengeluarkan energi.
Bagaimana dengan cara detoks alternatif seperti cuci usus,
suntik obat-obatan tertentu, dan sejenisnya? Secara umum, metode-metode
alternatif semacam ini tidak seaman berpuasa atau diet sayur dan buah saja.
Banyak dokter yang tidak menyarankan dan merekomendasikan karena dianggap tidak
alami. Jadi, jika anda berminat menjalani model detoks semacam ini, pastikan
anda mempelajari lebih detail agar terhindar dari risiko buruknya.